Kisah ini kami dapatkan dari sahabat yang berbagi cerita di Group WA Tikrar, sayang rasanya kisah yang menginspirasi ini hanya terhenti di kami.
Semoga kisah ini menjadi amal soleh buat sang penulis, memberi semangat bagi yang membaca, dan dengan ijin Alloh kita dapat dipertemukan di surga-Nya. Aamiin. Kami tulis ulang lengkap kisahnya sebagai berikut:
Kisah yang menyentuh,
Sudah beberapa kali baca,
Tapi masih selalu menitikkan airmata tiap kali membacanya,,,,
♻KISAH NYATA MENGGUGAH JIWA♻
Ary Ginanjar Agustian
(Renungan Kisah Nyata)
Minggu lalu saya kembali Jum’atan di Graha CIMB Niaga Jalan Sudirman setelah lama sekali nggak sholat Jum’at di situ. Sehabis meeting dengan salah satu calon investor di lantai 27, saya buru2 turun ke masjid karena takut terlambat.
Dan bener aja sampai di masjid adzan sudah berkumandang. Karena terlambat saya jadi tidak tau siapa nama Khotibnya saat itu. Sambil mendengarkan khotbah saya melihat Sang Khotib dari layar lebar yg di pasang di luar ruangan utama masjid.
Khotibnya masih muda, tampan, berjenggot namun penampilannya bersih Dari wajahnya saya melihat aura kecerdasan, tutur katanya lembut namun tegas. Dari penampilannya yg menarik tsb, saya jadi penasaran, apa kira2 isi khotbahnya.
Ternyata betul dugaan saya! Isi ceramah dan cara menyampaikannya membuat jamaah larut dalam keharuan. Banyak yg mengucurkan air mata (termasuk saya)., bahkan ada yg sampai tersedu sedan.
Weleh2, ampai segitunya ya. Lalu apa sih isi ceramahnya, koq kayaknya amazing bingitzz.
Dengan gaya yg menarik Sang Khotib menceritakan “true story”.
Seorang anak berumur 10 th namanya Umar. Dia anak pengusaha sukses yg kaya raya. Oleh ayahnya si Umar di sekolahkan di SD Internasional paling bergengsi di Jakarta. Tentu bisa ditebak, bayarannya sangat mahal. Tapi bagi si pengusaha, tentu bukan masalah, karena uangnya berlimpah.
Si ayah berfikir kalau anaknya harus mendapat bekal pendidikan terbaik di semua jenjang, agar anaknya kelak menjadi orang yg sukses mengikuti jejaknya.
Suatu hari isterinya kasih tau kalau Sabtu depan si ayah diundang menghadiri acara “Father’s Day” di sekolah Umar.
“Waduuuh saya sibuk ma, kamu aja deh yg datang.” begitu ucap si ayah kpd isterinya.
Bagi dia acara beginian sangat nggak penting, dibanding urusan bisnis besarnya. Tapi kali ini isterinya marah dan mengancam, sebab sudah kesekian kalinya si ayah nggak pernah mau datang ke acara anaknya. Dia malu karena anaknya selalu didampingi ibunya, sedang anak2 yg lain selalu didampingi ayahnya.
Nah karena diancam isterinya, akhirnya si ayah mau hadir meski agak ogah2an.
Father’s day adalah acara yg dikemas khusus dimana anak2 saling unjuk kemampuan di depan ayah2nya.
Karena ayah si Umar ogah2an maka dia memilih duduk di paling belakang, sementara para ayah yg lain (terutama yg muda2) berebut duduk di depan agar bisa menyemangati anak2nya yg akan tampil di panggung.
Satu persatu anak2 menampilkan bakat dan kebolehannya masing2. Ada yg menyanyi, menari, membaca puisi, pantomim. Ada pula yg pamerkan lukisannya, dll. Semua mendapat applause yg gegap gempita dari ayah2 mereka.
Tibalah giliran si Umar dipanggil gurunya untuk menampilkan kebolehannya..
“Miss, bolehkah saya panggil pak Arief.” tanya si Umar kpd gurunya. Pak Arief adalah guru mengaji untuk kegiatan ekstra kurikuler di sekolah itu.
”Oh boleh..” begitu jawab gurunya.
Dan pak Ariefpun dipanggil ke panggung.“Pak Arief, bolehkah bapak membuka Kitab Suci Al Qur’an Surat 78 (An-Naba’)” begitu Umar minta kepada guru ngajinya.
”Tentu saja boleh nak..” jawab pak Arief.
“Tolong bapak perhatikan apakah bacaan saya ada yg salah.”
Lalu si Umar mulai melantunkan QS An-Naba’ tanpa membaca mushafnya (hapalan) dengan lantunan irama yg persis seperti bacaan “Syaikh Sudais” (Imam Besar Masjidil Haram).
Semua hadirin diam terpaku mendengarkan bacaan si Umar yg mendayu-dayu, termasuk ayah si Umar yg duduk dibelakang.
”Stop, kamu telah selesai membaca ayat 1 s/d 5 dengan sempurna. Sekarang coba kamu baca ayat 9..” begitu kata pak Arief yg tiba2 memotong bacaan Umar.
Lalu Umarpun membaca ayat 9.
”Stop, coba sekarang baca ayat 21..lalu ayat 33..” setelah usai Umar membacanya…lalu kata pak Arief, "Sekarang kamu baca ayat 40 (ayat terakhir)”.
Si Umarpun membaca ayat ke 40 tsb sampai selesai."
“Subhanallah…kamu hafal Surat An-Naba’ dengan sempurna nak,” begitu teriak pak Arief sambil mengucurkan air matanya.
Para hadirin yg muslimpun tak kuasa menahan airmatanya. Lalu pak Arief bertanya kepada Umar, ”Kenapa kamu memilih menghafal Al-Qur’an dan membacakannya di acara ini nak, sementara teman2mu unjuk kebolehan yg lain?” begitu tanya pak Arief penasaran.
Begini pak guru, waktu saya malas mengaji dalam mengikuti pelajaran bapak, Bapak menegur saya sambil menyampaikan sabda Rasulullah SAW, ”Siapa yang membaca Al Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, “Mengapa kami dipakaikan jubah ini?” Dijawab, "Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Qur’an.” (H.R. Al-Hakim).
“Pak guru, saya ingin mempersembahkan “Jubah Kemuliaan” kepada ibu dan ayah saya di hadapan Allah di akherat kelak, sebagai seorang anak yg berbakti kpd kedua orangnya..”
Semua orang terkesiap dan tdk bisa membendung air matanya mendengar ucapan anak berumur 10 th tsb…
Ditengah suasana hening tsb..tiba2 terdengar teriakan “Allahu Akbar!” dari seseorang yg lari dari belakang menuju ke panggung.
Ternyata dia ayah si Umar, yg dengan ter-gopoh2 langsung menubruk sang anak, bersimpuh sambil memeluk kaki anaknya.
”Ampuun nak.. maafkan ayah yg selama ini tidak pernah memperhatikanmu, tdk pernah mendidikmu dengan ilmu agama, apalagi mengajarimu mengaji.” ucap sang ayah sambil menangis di kaki anaknya.
”Ayah menginginkan agar kamu sukses di dunia nak, ternyata kamu malah memikirkan “kemuliaan ayah” di akherat kelak. Ayah maluuu nak" ujar sang ayah sambil nangis ter-sedu2.
Subhanallah... Sampai di sini, saya melihat di layar Sang Khotib mengusap air matanya yg mulai jatuh. Semua jama’ahpun terpana, dan juga mulai meneteskan airmatanya, termasuk saya.
Diantara jama’ahpun bahkan ada yg tidak bisa menyembunyikan suara isak tangisnya, luar biasa haru. Entah apa yg ada dibenak jama’ah yg menangis itu. Mungkin ada yg merasa berdosa karena menelantarkan anaknya, mungkin merasa bersalah karena lalai mengajarkan agama kpd anaknya, mungkin menyesal krn tdk mengajari anaknya mengaji, atau merasa berdosa karena malas membaca Al-Qur’an yg hanya tergeletak di rak bukunya.
Dan semua, dengan alasan sibuk urusan dunia! Saya sendiri menangis karena merasa lalai dengan urusan akherat, dan lebih sibuk dengan urusan dunia, padahal saya tau kalau kehidupan akherat jauh lebih baik dan kekal dari pada kehidupan dunia yg remeh temeh, sendau gurau dan sangat singkat ini, seperti firman Allah SWT dalam Q.S. Al-An'Amayat 32:
”Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”...
Astagfirullah... Innallaaha ghofururrohim, hamba mohon ampunan kepada Allah.Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
Wallahu ‘alam bissawab. Semoga bermanfaat, hususnya buat saya pribadi.
Salam.........
(Kiriman dari seorang sahabat)
Jika Anda terinspirasi dan ingin memakaikan mahkota pada kedua orang tua besok di Surga, segera lakukan sesuatu untuk Al Quran. Paling mudah adalah dengan mulai berinteraksi dengan Al Quran sekarang!
Anda juga bisa bergabung dengan Tikrar Community untuk bersama-sama meluangkan waktu untuk Al Quran. Like Fan Page kami di www.facebook.com/TikrarCommunity
Tikrar Community Semarang
Kamis, 25 Februari 2016
Jumat, 12 Februari 2016
Question & Answer
Q: Apakah semua orang bisa mengahafal Al Quran?
A: Untuk menjawab pertanyaan ini kami lampirkan video berikut semoga bisa membantu menjawab
Q: Bacaan saya masih belum baik tajwid, makhraj, dan banyak hukum lain yang belum diketahui, apakah boleh menghafal?
A: Sangat penting mempelajari itu semua, dan Komunitas Tikrar justru mengajak sahabat semua untuk mulai membaca Al quran dengan benar sesuai kaidah dan diulang-ulang. Beberapa assatidz sudah bersedia mengajarkan membaca Al quran dengan benar, beberapa pewakaf juga sudah siap memberikan Al Quran dengan cek list yang membantu kita memonitor seberapa banyak kita mengulang bacaan. Pertanyaannya sekarang siapkah kita mulai membaca Al Quran dengan benar, teratur, dan terus memperbaikinya?
Q: Saya belum bisa membaca Al Quran, bisakah saya ikut?
A: Jika Anda mempunyai tekat dan mau belajar, silahkan bergabung?
Q: Bagaimana proses dan cara belajarnya?
A: In Sya Alloh akan diterangkan dalam acara yang diselenggarakan tanggal 21 Februari 2016
- Bagi peserta yang berminat dan berkomitmen akan dibagikan Al Quran Tikrar GRATIS
- Akan dipantau dan dibimbing oleh Assatidz
- Bergabung bersama sahabat penghafal lain dalam komunitas yang intens komunikasi via on line
- Setoran hafalan dapat dilakukan di Anjungan Setoran Quran yang disediakan dibeberapa tempat yang telah ditunjuk
Q: Bagaimana cara pendaftarannya?
A: Silahkan registrasi on line di sini www.tikrar.saranagroup.net
A: Silahkan registrasi on line di sini www.tikrar.saranagroup.net
Kamis, 04 Februari 2016
Curriculum Vitae Ustadz Moh. Ulin Nuha Al Hafidz
Ustadz Moh. Ulin Nuha, S.Pd.I, M.S.I
- Pernah belajar di Universitas Islam Al-Madinah Al-Munawwarah fakultas Al-Qur'an
- Alumnus STIQ An-Nur Yogyakarta
- Alumnus Pascasarjana UMY, konsentrasi Psikologi Islam
Biografi Singkat
Pengasuh PP Harun Assyafi’i
Pesantren Harun Asy-Syafi’i saat ini diasuh oleh KH. Moh. Ulin Nuha. Beliau dilahirkan di Kota Kudus, tanggal 19 September 1976. Di tanah kelahirannya, beliau memulai dalam menuntut ilmu Al-Qur’an dan cabang ilmu keagamaan lainnya.
Pesantren Harun Asy-Syafi’i saat ini diasuh oleh KH. Moh. Ulin Nuha. Beliau dilahirkan di Kota Kudus, tanggal 19 September 1976. Di tanah kelahirannya, beliau memulai dalam menuntut ilmu Al-Qur’an dan cabang ilmu keagamaan lainnya.
Selanjutnya beliau pindah ke Wonosobo untuk lebih memperdalam ilmu Al-Qur’annya. Pada tahun 1999, beliau mendapat panggilan beasiswa untuk belajar di Kota Nabi, Madinah Saudi Arabia.
Untuk lebih menguatkan kemampuannya di bidang Al-Qur’an beliau mengambil Fakultas Al-Qur’an.
Untuk lebih menguatkan kemampuannya di bidang Al-Qur’an beliau mengambil Fakultas Al-Qur’an.
Di Kota Madinah ini, beliau tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengeruk ilmu dari para ulama di Masjid Nabawi. Beliau mendatangi Syaikh Sayyid Lasyin yang merupakan pengajar Al-Qur’an Masjid Nabawi. Di bawah asuhan Syaikh Sayyid Lasyin inilah beliau mendapatkan sanad Al-Qur’an riwayat Hafsh dan Syu’bah.
Pada tahun 2003 beliau pulang ke Indonesia dan selanjutnya dipercaya untuk mengajar Al-Qur’an di PP. Taruna Al-Qur’an.
Ketika Pondok Pesantren Tahfizh Al-Qur’an Harun Asy-Syafi’i berdiri tahun 2009, beliau dipercaya untuk mengasuh pondok ini.
Tikrar Community Semarang
Selasa, 02 Februari 2016
HAFALAN AL QUR'AN TANPA MENGHAFAL
Membaca Al Quran sudah menjadi ibadah yang biasa dilakukan umat muslim di Indonesia, tetapi membaca Al Quran secara istiqomah merupakan hal berbeda, apalagi sampai menghafal Al Quran. Padahal Alloh sudah menyampaikan bahwa Al Quran itu mudah untuk dihafal bagi siapa saja yang mau menghafalnya.Membaca Al Quran secara istiqomah memang harus disempatkan, jika tidak maka tidak akan ada kesempatan untuk membaca Al Quran. Tikrar Community Semarang menjadi wadah bagi sahabat semua untuk bisa membaca Al Quran secara istiqomah dan berjamaah.
Dalam komunitas ini sahabat diajak untuk membaca Al Quran secara berulang-ulang dengan metode yang sangat menyenangkan. Jika sahabat semua bisa berhasil melengkapi setiap levelnya, maka ada dua manfaat yang akan sahabat dapatkan, yaitu:
- Sahabat sudah belajar membaca Al Quran secara istiqomah
- In Sya Alloh mendapat bonus hafal Al Quran hanya dengan membacanya secara berulang-ulang
Yuk, kita mulai dari hal kecil, mulai dari diri sendiri, dan mulai dari sekarang. Kita mulai dari membaca Al Quran, membaca Al Quran yang istiqomah, In Sya Alloh dapat bonus hafalannya. Kalau bukan kita? Siapa lagi? We Love Al Quran, are you...?
brakmansah
Langganan:
Komentar (Atom)



